Pahami studi kasus berikut!

Berikut ini kami sajikan sebuah studi kasus terkait mekanisme penggunaan DXL oleh student dan teacher. Simulasi studi kasus ini bersifat adaptif. Beberapa fitur kadang-kadang telah dilakukan update, namun demikian kami berusaha menyesuaikan update dengan cara mengupdate lembaran studi kasus ini. Perhtikan gambaran flowchart berikut ini:

Dari flowchart sederhana di atas dapat kita lihat tahapan yang akan dilalui oleh student dan teacher. Untuk lebih jelasnya mari kita simak contoh kasus berikut ini:

Guru merencanakan program pembelajaran

Pak Mamat adalah seorang guru mata pelajaran (mapel) Bahasa Inggris pada sebuah SMA di sebuah kota kecil yang bernama Pasangkayu. Pak Mamat sudah 10 tahun mengajar Bahasa Inggris. Selama mengajar dia sudah agak bosan dengan metode yang itu itu saja. Dia tertarik untuk mencoba dan memanfaatkan e-learning. Pak Mamat adalah salah satu dari puluhan guru yang ada disana yang memiliki kebiasaan menumpuk buku hasil pekerjaan (tugas) students. Tumpukan buku ini biasanya akan diperiksa oleh pak Mamat satu per satu ketika ada jam lowong selama berada di sekolah. Namun demikian, hanya sebagian kecil saja buku yang berhasil diperiksa pada hari-hari sibuk, sementara students sudah sangat penasaran dengan hasil belajar mereka pada materi yang diajarkan pada minggu sebelumnya yang tugasnya sudah dikerjakan pada buku yang ditumpuk pak Mamat itu.

Singkat cerita pak Mamat terlihat begitu kebosanan melihat tumpukan buku-buku itu, akhirnya dia mengambil waktu extra diluar jam kantor untuk memeriksa semua pekerjaan students tersebut. Tentu saja tindakan pak Mamat sangatlah mulia, namun dari segi efektifitas dan efisiensi belum terpenuhi. Pada akhirnya dia mencoba menggunakan sistem e-learning.

Pak Mamat didaftarkan oleh admin e-learning dengan detail akun sebagai berikut: Nama: Mamat Hariman, S.Pd.
E-Mail: mamathariman@douxla.com
Password: mamatsangguru

Untuk sementara kita sudah memiliki akun teacher dengan detail sebagaimana tertera di atas.

Setelah terdaftar pak Mamat langsung melakukan settingan pada akun gurunya dengan dibimbing oleh admin e-learning di sekolahnya. Hal yang agak rumit dari settingan akun itu adalah pada rencana programnya namun ini bisa diatasi dengan mudah setelah mengetahui susunan format filenya.

Sampailah pak Mamat pada level siap melaksanakan e-learning. Tugas selanjutnya yang harus dilakukan oleh pak Mamat adalah memastikan peserta didik memiliki akun e-learning.

Jojon didaftarkan

Jojon adalah seorang student pada tingkat SMA kelas X. Dia ingin mengikuti kelas e-learning yang diselenggarakan oleh gurunya di sekolah. Pada awalnya mapel tersebut tidak terlaksana dalam bentuk e-learning, namun karena ketertarikan sang guru maka terlaksanalah mapel tersebut dalam sistem e-learning. Namun demikian, sang guru tidak memaksa semua students untuk sepenuhnya dalam sistem e-learning. DXL bersifat hybrid, artinya bisa sepenuhnya e-learning bisa separuh e-learning.

Karena Jojon adalah anak yang kurang mengerti IT maka dia didaftarkan oleh pak gurunya. Setelah terdaftar disistem akun Jojon adalah sebagai berikut:

Nama: Jojon Abunawas
E-Mail (anonym): jojonabunawas@douxla.com
Password: jojonsangpelajar

Akun tersebut langsung diserahkan ke Jojon dan sang guru meminta Jojon menyimpan catatan akun tersebut agar dikemudian hari ketika melakukan login semuanya bisa berjalan lancar.

Sampai di sini, kita sudah memiliki seorang student dengan detail akun e-learning sebagaimana tercantum di atas.

TOBE CONTINUED...

It's time to go online!

Doing online learning is more fun. You have ability to take control of your learning progress as well. Teachers can make scoring of each student's tasks just in seconds. Yet, the scores are absolutely valid because teachers always using rubrics to do the scoring.